Di pagi yang cerah https://fe-test.info-footprinting.carbontrust.com/ Dika berencana membuat roti bakar spesial buat pacarnya, Lila. “Hari ini gue mau bikin sesuatu yang manis, biar Lila senang!” pikirnya sambil nyalain toaster. Dia udah membayangkan wajah Lila yang ceria saat menerima kejutan ini. Sayangnya, Dika lupa satu hal: toaster-nya ternyata rusak dan malah bikin roti bakar hangus!
Setelah beberapa menit https://cdn.ifsc-climbing.org/sbobet88/ aroma gosong mulai menyeruak. “Waduh, ini sih bukan aroma yang gue harapkan!” serunya sambil membuka toaster. Lihat hasilnya, dia langsung nyesek. Roti yang seharusnya cantik dan crispy berubah jadi hitam legam. “Gimana nih? Roti bakar cinta gue hancur!” Dika panik, sementara Lila udah di jalan menuju rumahnya.
Dengan segenap tenaga, Dika mencoba menyelamatkan situasi. Dia cepat-cepat mengoleskan selai dan menambahkan buah-buahan, berharap Lila nggak terlalu fokus sama roti yang hangus. “Yang penting ada usaha!” ucapnya sambil berusaha tetap optimis. Saat Lila datang, dia tersenyum lebar dan menunjukkan roti bakar yang udah dimodifikasi.
Lila pun melongok ke meja dan melihat roti hitam itu. “Hah, Dika, ini apa? Roti bakar yang terlalu ‘berani’?” tanya Lila sambil tertawa. Dika hanya bisa tertawa kaku, “Iya, ini inovasi terbaru! Roti bakar artistik!” Meski sempat awkward, Lila tetap menghargai usaha Dika. Mereka pun duduk bersama, meskipun roti itu lebih mirip makanan untuk binatang peliharaan.
Akhirnya, mereka berdua terbahak-bahak melihat situasi konyol ini. “Lain kali, kita bikin bareng, ya! Biar roti bakarnya nggak hangus,” kata Lila sambil menepuk bahu Dika. Dika mengangguk setuju, merasa bersyukur bisa berbagi tawa meski roti bakar cintanya gagal total. Dan di situlah, mereka belajar bahwa cinta itu bukan soal kesempurnaan, tapi soal momen yang bisa dibagi, bahkan saat roti bakar gagal sekalipun